Home      Photo Gallery     Bikin Blog      Hobbies     About      

Tuesday 27 February 2007

Master Of Cooking

Ada cerita yang selalu jadi bahan gurauan bagi mahasiswa IIT Roorkee dari Indonesia. Bahwa kalau lulus nanti katanya selain meraih gelar M.Tech (Master of Technology), maka secara otomatis akan meraih gelar M.Cook (Master of Cooking). Hal ini memang tidak aneh, karena disela – sela jam kuliah yang padat, maka para mahasiswa juga menyempatkan memasak untuk makan sehari-hari. Hal ini bukan karena pengen irit, tetapi semata-mata karena kurang cocok dengan makanan India.

Kalau ingin irit sebetulnya para mahasiswa bisa makan di kantin atau mess yang ada disetiap Hostel. Dimana untuk berlangganan di Mess biayanya hanya Rs. 2.000 atau sekitar 400 ribu rupiah per bulan. Menu masakan setiap hari pasti vegetarian. Oleh karena itu mahasiswa Indonesia kurang cocok, akhirnya belajar untuk masak sendiri. Seperti yang saya alami saat ini, sekarang sudah terbiasa kalau memasak yang namanya sayur asem, lodeh, oseng-oseng jamur, oseng-oseng kangkung, sayur bening sampai sate kambing ataupun gulai kambing. Ada cerita lucu sewaktu pertama kali mencoba memasak, waktu itu ingin memasak sayur lodeh, tetapi ternyata hasilnya seperti kolak. Tetapi karena seringnya mencoba maka lama-lama jadi terampil dan perasaan jadi terasah untuk meracik bumbu masakan supaya pas. Memang diawal kuliah saya lebih mempercayakan bumbu masakan dari bumbu sachet yang dibeli di Indonesia, tapi begitu persediaan habis, dengan sangat terpaksa harus meracik sendiri. Hal ini ada manfaatnya juga, jadinya bisa merasakan sibuknya menyiapkan makanan di rumah, yang biasanya aku tidak terlalu peduli dengan itu. Kalau inget sewaktu di Indonesia, saat masih bujangan semua masakan disediakan oleh ibu, begitu kuliah, aku lebih mempercayakan menu masakan kepada warung terdekat, setelah menikah dipercayakan kepada istri. Jadinya aku tidak terlalu mikir yang namanya masak-memasak. Tapi begitu di India akhirnya aku harus memasuki dunia ini, aku harus pergi ke pasar untuk membeli bawang merah yang sekilo Rs. 8, lalu cabe merah Rs. 15, sayuran, garam, merica, ketumbar wadauuw dan lain-lain. Tapi ini ada hikmahnya, aku jadi bisa mengenang masa lalu. Dulu sewaktu lulus S1 aku tidak langsung kerja kantoran, aku sibuk blusak-blusuk dari pasar ke pasar tradisional sebagai pedagang cabe yang kadang merangkap kuli karena harus memikul cabe sekarung kalau kuli dipasar lagi tidak ada. Ini serius, aku lulus S1 diwaktu krismon baru melanda di Indonesia, mencari pekerjaan susah sekali, semua perusahaan banyak yang bangkrut. Akhirnya aku memutuskan untuk terjun ke pasar membantu orang tua. Kalau ramai, sehari bisa 1 ton lebih terjual, sedangkan kalau sepi bisa tidak laku sama sekali. Itulah masa laluku, tapi mungkin lain kali bisa aku bagi pengalamanku waktu itu untuk sekedar sedikit pengetahuan dalam mencari usaha, supaya tidak terlalu mengharapkan lowongan pekerjaan yang semakin susah. Dua tahun aku menggeluti dunia percabean di pasar, tapi yang jelas, dari usaha dagang cabe di pasar ini, orang tuaku berhasil menyekolahkan aku dan 3 adik-adiku meraih pendidikan S1 semua. Itu yang aku banggakan dari kedua orang tuaku, dimana mempunyai prinsip, sekolah seorang anak menjadi prioritas yang utama.
Balik lagi ke dunia masak memasak, ada masakan paling mahal yang pernah aku masak selama di India. Apakah itu ??? Sambel trasi dan sambel petis. Kenapa mahal ? Karena trasi dan petisnya harus aku import dari Indonesia, bayangin aja, untuk mengirim 1 kilogram trasi dari indonesia ke India ongkosnya Rp.900.000,00. Wadauww, tapi bisa agak murah kalau memakai jasa Kantor Pos. Dan ada makanan yang dulu kurang aku sukai, sekarang aku kangenin rasanya. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah IKAN ASIIIIN. Ikan asin sangat susah dicari disini, kalau ada mungkin di New Delhi, tetapi mutunya kurang bagus. Akhirnya pernah aku menitip ikan asin sama teman dari Srilanka sewaktu pulang. Mahal juga kan harga ikan asinnya, import dari Srilanka euy. Ada lagi yang aku import, eeeh nggak ding…, ini aku bawa ke India sewaktu habis pulang liburan tahun lalu. Benda itu adalah kemiri dan kunci (apa yah bahasa Indonesianya kunci untuk sayur bening ? Kunci juga mungkin) Mungkin itu termasuk kemiri dan kunci yang beruntung, karena menemani aku di kapal mabur dari Indonesia ke India. Atau aku yang beruntung ditemani dia yah ? Dah ah… ngantuk aku, cukup sudah aku ngelantur hari ini.

24 comments:

Unknown said...

Asik...masak-masak nih..
Mending pas pulang ke Indonesia pada kompakan bikin restoran aja mas...
nanti di publish di blog,..

Anonymous said...

inget pelem karton jaman dulu, god of cook ama pelemnya stepen chow..

hehehe

Anonymous said...

@RM. Arki Rifazka : Iya nih, aku ada rencana mau buka warung gulai kambing kecil2an aja, yg penting bisa ikut makan :D
@Raffael : Silahkan di inget2 :D

Anonymous said...

wah..bener2 ntar pulang jadi suami teladan, pinter masak, berkebun, angkat junjung (istri...:D)
Smoga pulang bau india nggak kebawa yah, hehehehe

Anonymous said...

sejak tinggal di sini , saya jadi mandiri=masak sendiri! asyik lho bisa masak aneka menu yg dulu nggak mungkin bisa saya lakukan di indo, lha biasa di manjakan oleh aneka warung di mana2!

just Endang said...

wok with yan ni yee...heheheh...ini emang kegiatan rutin mahasiswa di luarnegeri ya, kyk ponakanku juga.

Anonymous said...

@Kenny : Kok ada angkat junjung segala hihihi
@Ely : Iya mbak betul itu, dan lebih menghargai masakan, walaupun nggak enak hehehe
@Endangwithnadina : Iya mungkin mbak, rasa kangen masakan negeri sendiri jadi pemacu untuk bikin masakan sendiri:)

Anonymous said...

mas, pesen seporsi!

pyuriko said...

Mau donk nyobain masakannya,.. pasti enak nih,.... tuink-tuink

Anonymous said...

hmmm, kalau pulang boleh nyoba masakannya nih.... salam.

Anonymous said...

hahaha...master of cooking. ada2 aja. btw, cerita tentang dunia percabean bikin saya tersentuh. orang tua sampeyan hebat banget. sampeyan juga hebat, gak gengsi blusukan keluar masuk. yang penting halal.

Anonymous said...

Ha..ha.. lucu. Ngebayangin sampeyan makan masakan ngawur itu hahaha. Derita perantau...he..he..

Anonymous said...

@Femi, @Pyuriko & @Aroengbinang: Boleh, nanti mau buka warung kok hihihi
@Venus : Daripada makan gengsi kan mending makan nasi mbak hiihihi, kadang gengsi bikin kendala sehingga orang jadi nggak berkembang
@De : Iyah, emang nasibnya semua perantauan mungkin gini yah :)

Aris Heru Utomo said...

Kalau nanti buka warung, jangan lupa ngundang2. tapi jangan dimasakin sayur kolak yach :-) salam kenal

Anonymous said...

hehehe.. betul om hery ini paling pinter buat sambel terasi.. *diakui seantero jagad khosla*

sedep bener dan buat makan jadi lahap, besok buatin ya? :)

angin-berbisik said...

wah, dah semakin jago nih masaknya mas, seneng anak istri yg di rumah nih :), papah saya lama di jepang juga katanya tambah jago masak :))

ayu said...

mau dong diajarin masak :D

Anonymous said...

seenggaknya bs masak. drpd shirei cewek gak bs masak. wahahahapesen 1 porsi wat sarapan pls

Mashuri said...

Ngirim trasi?Berat diongkos, Mas..........

endik said...

mungkin ini yang mengilhami bartolomeus diaz dan magellans ngubengi ndonya... dia ternyata tukang masak

Hery Martono said...

@Aris Heru Utomo : Boleh, nanti aku masakin gulai kambing rasa strawbery hihihi
@Joni : Om Joni kan jg dah pinter masaknya, Opornya enak loh, besok bikinin jg yah :)
@Angin berbisik : Belum jago benar, baru taraf sdikit enak hehehe
@Mama Rafi : Iya nanti sekalian buka kursus masak, tuh kan banyak sampinganku kalau pulang nanti hihihi
@Shirei : 6000 seporsi mbak, murah meriah dijamin halal :)
@Mashuri : Daripada nggak makan trasi gimana? hayooo..:)
@Kawoela alit : Ini jg mengilhami para blogger untuk cari makanan enak :)

NiLA Obsidian said...

sstttt kapan pulang ke Indo... kita joinan bikin resto yuuu...
boleh tuh mumpung disana banyak2 blajar masakan indihe....sampe sini kita buka warung makan ala indihe......hahaha

Anonymous said...

@Nila: Tuh kan, dah ada tawaran bisnis lagi, bakalan kaya aku pulang nanti hihihi

Anonymous said...

wah mas sy jg suka makan sambel trasi
apalagi ikan ciri khas makannan daerah saya di lampaung