UBI BAKAR

Pernahkah anda menanyakan cara memasak makanan yang akan anda makan sewaktu ke rumah makan? Tentu banyak yang tidak menanyakan hal ini, prinsipnya kalau makanan itu enak dan halal maka tidak dipermasalahkan segala tetek mbengeknya, betul nggak?? Pernah suatu kali kami kedatangan tamu seorang ibu bernama ABC (seperti merk baterei aja namanya ) dari Indonesia, kebetulan beliau ada pertemuan penting dengan IIT Roorkee India. Setelah urusan selesai, maka kami menemani beliau untuk sekedar jalan-jalan dan berekreasi ke Haridware. Waktu itu diawal musim dingin, kalau udara dingin pasti enak untuk makan. Diperjalanan kami berhenti disebuah rumah makan.

Mulailah kami memesan makanan masing-masing, kulihat Ibu ABC memesan Nasi Goreng, makanan yang masih familier dengan lidah orang Indonesia, walaupun nasi goreng di India rasanya agak berbeda. Setelah memesan dan tidak lupa kami juga memesan Japati. Japati adalah makanan pokok orang India, kalau di Indonesia lebih terkenal dengan nama martabak atau Roti. Rupanya beliau pertama kali makan Japati, gurih rasanya ya, katanya. Lalu kami makan sambil bicara, rupanya beliau suka juga makan Japati, sampai habis 2 buah. Setelah makan kami melihat Ubi bakar di rumah makan tersebut. Beli ubi bakar pak Hery untuk di jalan kata Ibu ABC. Setelah itu beliau bilang mau ke Toilet dulu. Belum sampai kami memesan ubi bakar untuk dibungkus, tiba-tiba ibu ABC sudah kembali dan bilang “Jangan dibeli ubi bakarnya Pak”. Loh katanya ke toilet Bu, kok balik lagi? Sahutku. “Iya saya balik lagi karena melihat dibelakang cara bakar ubinya memakai kotoran sapi. Jadi bakarnya ditumpangi diatas kotoran sapi yang dibakar. Jorok itu, udah jangan dibeli”, kata ibu ABC sambil buru-buru balik ke Toilet. Aku tersenyum mendengar perkataan beliau, aku tahu kotoran sapi yang dimaksud adalah bahan bakar untuk memasak yang banyak digunakan oleh masyarakat India. Memang bahan bakar ini bahannya dari kotoran sapi, tetapi sudah difermentasi dan dicampur dengan ampas tebu. Kalau anda ke India, maka anda akan menemukan banyak sekali bahan bakar ini di jemur dipinggir-pinggir jalan. Bentuknya seperti lempengan kotoran sapi yang sudah dikeringkan. Bahan bakar ini sebetulnya bisa dicontoh untuk masyarakat Indonesia sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah yang mahal.
Akhirnya kami tidak jadi membeli ubi bakar tersebut, tetapi dalam hati saya tersenyum dan tidak tega untuk bilang kepada beliau bahwa 2 buah japati yang katanya gurih dan sudah dimakan beliau juga dimasak dengan bahan bakar tersebut.
Iya kan? Kalau tidak mengetahui cara memasaknya, maka tidak jadi masalah.