Home      Photo Gallery     Bikin Blog      Hobbies     About      

Thursday, 7 December 2006

Orang-orang Kaya India

Sri Hartati Samhadi, www.Kompas.com

Sekitar 700 juta penduduk India boleh saja masih hidup di bawah garis kemiskinan (diukur dari standar pendapatan kurang dari 2 dollar AS atau Rp 18.000 per hari). Namun, dalam mencetak jutawan atau miliuner baru, India juaranya.

Setiap tahun, dalam beberapa tahun terakhir, India menambah barisan jutawan baru dalam laju yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan negara mana pun, kecuali Korea Selatan untuk tahun ini.

Tahun lalu saja, menurut World Wealth Report yang diterbitkan Merrill Lynch dan Cap Gemini, jumlah jutawan (high net worth individual/HNWI) di India naik 19,3 persen dibandingkan dengan tahun 2004. Sekarang ini di India terdapat 83.000 individu dengan kekayaan pribadi di atas 1 juta dollar AS, atau bertambah 13.000 orang dalam setahun.

India hanya kalah cepat dari Korea Selatan yang tahun lalu menambah 21,3 persen jutawannya. Rusia berada di urutan ketiga dengan kenaikan 17 persen dari 88.000 orang menjadi 103.000 orang. Menurut Forbes, jumlah miliuner dunia bertambah dari 586 orang tahun 2005 menjadi 700-an tahun 2006. Dari penambahan itu, 10 di antaranya dari India. Jadi, dewasa ini total ada 19 miliarder dari India.

Termasuk dalam miliuner pendatang baru dari India ini adalah Tulsi Tanti (mantan pedagang tekstil yang kini pemilik pembangkit listrik tenaga angin terbesar di Asia), Vijay Mallaya (taipan pemilik perusahaan minuman keras dan maskapai penerbangan Kingfisher), K P Singh (pemilik perusahaan pengembang DLF), dan Anurag Dixit (pemilik perusahaan online game).

Orang terkaya di India sekarang ini masih Azim Premji, pemilik perusahaan raksasa di bidang teknologi informasi (TI), Wipro, disusul dua bersaudara Ambani (Mukesh dan Anil). Namun, jika orang India di luar negeri juga dimasukkan, orang India terkaya di dunia ini adalah Lakshmi Mittal, pemilik perusahaan baja terbesar dunia, Mittal Steel, yang kini bermukim di London dan merupakan orang terkaya di Inggris.

Dalam jajaran orang terkaya dunia, Mittal (laporan Forbes tahun 2006) kini urutan kelima terkaya di dunia. Tahun sebelumnya, ia bahkan urutan ketiga terkaya di dunia setelah Bill Gates dan Warren Buffet (keduanya dari AS), dengan nilai kekayaan 25 miliar dollar AS. Sementara Premji ada di urutan ke-25 daftar terkaya 2006, dengan kekayaan 13,3 miliar dollar AS.

Nilai kekayaan kolektif 311 orang terkaya India (miliarder, dalam denominasi rupee) dewasa ini sekitar 3,64 triliun rupee (setara dengan 81,816 miliar dollar AS). Artinya, mereka 71 persen lebih kaya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hal ini sekaligus menegaskan, di India mereka yang kaya bertambah kaya, meskipun mayoritas penduduk merasa kehidupan mereka tidak membaik dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah miliarder (dalam rupee) di India yang 311 orang itu juga meningkat 133 orang dibandingkan dengan tahun lalu.

Para miliarder atau jutawan baru India ini umumnya memang muncul dari Lembah Silikon, atau industri jasa IT dan perangkat lunak, selain juga jasa finansial. Selain Premji dan Ambani, ada Sunnil Mittal, Kumar Mangalam Birla, Shiv Nadar, Pallonji Mistry, Ravi dan Shashi Ruia, keluarga Godrej, Indu Jain, NR Narayan Murthy, dan masih banyak lagi.

Hanya segelintir yang berasal dari sektor industri yang memproduksi barang. Yang menarik, menurut Merrill Lynch, hampir 7 persen dari HNWI atau jutawan (kekayaan di atas 1 juta dollar AS) di India berusia 30 tahun atau ke bawah. Secara bersama-sama, 38.000 HNWI ini menguasai 290 miliar dollar AS atau 3,8 persen dari total kekayaan HNWI di Asia.

Temuan ini sejalan dengan laporan Boston Consulting Group yang menyebut India sebagai pencetak jutawan paling cepat di dunia. Dalam lima tahun terakhir, jumlah jutawan yang lahir di India meningkat 15 persen per tahun.

Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan booming pasar saham menjadi pemicu utama. Yang menarik, dalam tiga tahun terakhir kita menyaksikan semakin banyak kalangan profesional yang bergabung dalam populasi HNWI, kebalikan dengan yang terjadi pada entrepreneur (wiraswastawan), kata Pradeep Dokania dari DSP Merrill Lynch.

Artinya, sebagian besar akumulasi kekayaan para jutawan justru bersumber dari lonjakan harga saham yang dipicu oleh masuknya dana panas dalam skala masif dari para investor kelembagaan asing, dan bukan karena perjuangan keras kewiraswastaan.

Hal ini tidak mengherankan karena dalam tiga tahun terakhir saja indeks harga saham di bursa saham utama India, Sensex, sudah meningkat tiga kali lipat dan untuk pertama kalinya tembus 10.000, dipicu oleh booming di Lembah Silikon India.

Dengan 83.000 jutawan yang dimilikinya, berarti setiap satu dari 13.000 penduduk India sekarang ini adalah jutawan. Masih jauh dari AS, di mana setiap satu dari 100 orang adalah jutawan. Meskipun pertumbuhannya paling pesat, jumlah jutawan India juga masih kalah dibandingkan dengan AS (2,67 juta orang), atau Australia (146.000 orang), Kanada (232.000 orang), Inggris (448.000 orang), Jerman (767.000 orang), atau bahkan China (320.000 orang).

Namun, jumlah jutawan India ini dipastikan masih akan bertambah. Demikian pula jumlah kelas menengah dan mereka yang terentaskan dari garis kemiskinan. Fenomena rags to riches (dari gembel menjadi kaya) di India terjadi sejalan dengan bertumbuh kuatnya industri berbasis teknologi tinggi dan pengetahuan di negara tersebut.

Sekarang ini, jumlah kelas menengah memang baru sekitar 18 persen dari total penduduk India. Namun, jumlah ini diperkirakan sudah akan meningkat hingga 50 persen dari jumlah penduduk hanya dalam satu generasi.

Pertumbuhan kelas menengah yang eksplosif ini tak terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang impresif, rata-rata 6 persen dalam 23 tahun terakhir. Ini menjadikan India salah satu negara dengan pertumbuhan terpesat di dunia.

Tahun ini, pertumbuhan bahkan mendekati 10 persen sehingga tak heran India menjadi salah satu tempat paling menguntungkan untuk membiakkan uang. Sekitar 70 persen investor yang menanamkan investasi di India, menurut Senior Director and Head Federasi Kamar Dagang dan Industri India (FICCI) untuk Asia Tenggara, Pasifik, dan Forum Multilateral Manju Kalra Prakash dalam percakapan dengan Kompas di New Delhi, membukukan keuntungan.

Sebagai akibat pertumbuhan tinggi, jumlah kelas menengah meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 300 juta sekarang ini. Menurut National Council of Applied Economic Research, jumlah penduduk yang hidup dalam rumah tangga berpendapatan minimum 1.800 dollar AS setahun—batas terendah keluarga berpendapatan menengah—meningkat 17 persen hanya dalam tiga tahun terakhir menjadi 700 juta orang.

Jumlah ini diperkirakan meningkat lagi sebesar 24 persen tahun 2007. Setiap tahun, sekitar 1 persen penduduk melewati garis kemiskinan. Jika tren yang sekarang ini terus berlanjut, penduduk India diperkirakan sudah akan memiliki paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) sepertiga dari yang dimiliki negara maju sekarang ini, pada pertengahan abad ke-21 nanti.

Sekarang ini saja produk domestik bruto (PDB) India diukur dari PPP, sudah yang keempat terbesar di dunia, yakni 3,63 triliun dollar AS. Jika pertumbuhan ekonomi tinggi yang sekarang bisa dipertahankan hingga satu dekade mendatang, tidak mustahil target menghapuskan kemiskinan tahun 2020 akan terwujud.

Lulusan perguruan tinggi di India (terutama yang bonafide) begitu lulus sekarang ini umumnya langsung terserap pada pekerjaan-pekerjaan bergaji bagus di industri-industri yang berkembang pesat, yang 4-5 tahun lalu nyaris belum ada. Termasuk di jaringan ritel, restoran cepat saji, perusahaan telepon seluler, call centers, perusahaan pemrosesan data, dan perusahaan-perusahaan back office untuk perusahaan-perusahaan AS.

Sekitar 300.000 lulusan baru setiap tahun masuk ke industri IT atau Business Process Outsourcing di Bangalore. Pada tahun 2008, sekitar 35 persen ekspor India diperkirakan disumbangkan oleh industri perangkat lunak yang dikerjakan 600.000 anak muda yang sekarang usia rata-ratanya baru 26,5 tahun.

Lulusan perguruan tinggi bergengsi seperti Indian Institute of Technology bisa langsung mendapat gaji 14.000-16.000 dollar AS per tahun, sementara manajemen kelas menengah sekitar 30.000 dollar AS per tahun dan manajemen senior 35.000-85.000 dollar AS.

Mereka semua ini adalah bagian dari booming kelas menengah India. Dalam hal ini, India, dengan 54 persen penduduk kini di bawah usia 25 tahun, pada tahun 2020 akan berada dalam posisi yang jauh lebih diuntungkan dibandingkan dengan China atau AS yang pada saat itu proporsi penduduk usia kerja produktifnya diperkirakan mulai menurun.

Dengan masih terus berlanjutnya booming industri IT India, tampaknya akan semakin panjang antrean jutawan atau miliarder baru India yang akan masuk daftar orang terkaya versi Forbes beberapa tahun ke depan.